Powered by Blogger.

Kul-Syarief Mosque

Perjalanan Pertama Kali Menuju Rusia (III)

Dec 3, 2014

Disambung lagi...

Perjalanan dari Abu Dhabi menuju Moscow kali ini lebih singkat dari yang sebelumnya. Penumpang kini tidak seberagam penerbangan sebelumnya. Lebih banyak didominasi oleh warga yang berbadan lebih besar dan berkulit lebih putih dari saya. Pengumuman di penerbangan pun mulai menggunakan bahasa Rusia. Berdampingan duduk dengan dua pemuda rusia, mereka tampak ramah menyambut. Seakan tahu kalau saya belum mengerti bahasa mereka, kami pun terdiam, kecuali saat mereka ada yang mau ke belakang untuk melewati tempat duduk saya.

Tanpa terasa Rusia sudah di depan mata. Roda burung besi pun menyentuh tanah hitam ini. Sebelum pesawat berhenti dengan sempurna, para penumpang sebagian besar memberikan tepuk tangan yang meriah. Bukan, bukan pramugari yang melakukan atraksi akrobat, hanya saja ini memang sebuah tradisi mereka sebagai bentuk rasa syukur telah sampai dengan selamat. Saya sendiri hanya memandanginya dengan keheranan saja. Saya pernah diberitahu teman yang telah ke Rusia sebelumnya tentang budaya ini namun melihatnya secara langsung tetap saja membuat tercengang.

Belum sempat tas di kabin kuselempangkan ke pundak, pramugari dengan bahasa lokal memberikan sebuah perintah. Melihat semua penumpang duduk kembali, saya pun mengartikannya sebagai sebuah perintah untuk duduk kembali ke kursi. Beberapa orang bercakap-cakap sebagai bentuk heran dan mungkin bingung. Ternyata ada seorang petugas, berjaket tebal hitam dengan lambang Rusia di salah satu dadanya. Dia membawa sebuah alat seperti pistol, yang jelas bukan pistol. Perlahan tapi pasti mengarahkannya ke setiap penumpang. Hingga saya pun dilewatinya, singkat sekali. Sesudah itu para penumpang pun berkerumun keluar ruangan. Membuka mata di salah satu bandara Moscow bernama Domodedovo.

Tulisan sudah mulai berbeda dengan Latin yang biasa kita lihat. Di saat inilah saya bisa dengan santai mengobrol dengan senior yang sejatinya satu pesawat juga namun karena keterburuan hingga kita tak ada waktu untuk bincang santai, beliau adalah mbak Raisa yang sudah di tahun terakhirnya mengambil Magister di Rusia. Dengan bantuannya, saya pun mengerti apa maksud pistol yang diarahkan ke semua penumpang tadi. Ternyata isu wabah Ebola yang tengah marak diperbincangkan membuat pemerintah di sini mengambil langkah pencegahan dengan mengecek suhu tubuh para pendatang dari luar negeri. Jagalah selalu kesehatan agar bisa melakukan perjalanan dengan sehat bugar.

Sebelum mengambil bagasi yang berkisar 30 kg itu, saya masuk ke pintu pengecekan visa dan paspor. Di sini mereka hanya melihat dokumen kita saja. Petugas hanya menanyakan nama lengkap dan asal negara. Selanjutnya sebuah kertas yang baru saja dicetak siap untuk kita tanda tangani. Satu bagian untuk mereka, satu bagian lagi untuk kita simpan. Kertas seukuran seperempat bagian kertas A4 ini seperti Akte Kelahiran kita di Rusia. Walau kecil dan sangat rentan rusak, haruslah dijaga dengan baik karena nantinya akan sangat penting digunakan untuk mengurus berbagai dokumen untuk bisa hidup di sini. Saya sendiri memasukkan kertas kecil ini ke dalam sampul paspor.

Kartu Kedatangan ke Rusia

Dari Indonesia saya telah meminta salah satu senior dari PERMIRA (PPI Rusia) untuk membantu menjemput saya saat kedatangan. Alhamdulillah beberapa saat menunggu di pintu keluar, jumpalah dengan salah satu warga Indonesia di sana. Saya sampai di Rusia sekitar pukul 13.00 siang, sedangkan menurut jadwal di hari ini masih ada kereta menuju Kazan di malam hari. Kami pun segera berjalan kembali meneruskan petualangan.

Alhamdulillah perjalanan yang cukup cepat, biasanya tidak secepat ini dari Indonesia menuju Rusia. Mungkin karena di hari itu waktu transit di Abu Dhabi sangatlah singkat sehingga semua menjadi seakan tanpa jeda. Dengan bekal bahasa Inggris sehari-hari dan bahasa Rusia yang minim, insya Allah kita bisa melakukan perjalanan sendirian menuju Rusia.

Semangat Bertualang!

No comments:

Post a Comment

 

Most Reading